Disaat teman-teman kampus lagi asyik buka buku dan ngapalin segala macem materi yang diperkirakan akan keluar saat UAS nanti. Disaat itu pula aku lagi buat deadline lomba nulis.
“Seharusnya gak boleh gitu tah! Kamu harus bisa ngatur waktu dengan baik.”
“Iya aku tau!”
“Mendingan kamu belajar buat UAS nanti. Daripada ikut lomba gak jelas! Emangnya naskah kamu pernah
lolos dan juara?”
“ENGGAK!”
“Nah kalo enggak ngapain kamu pusing-pusing nulis dan berimajinasi! Hadapi yang REAL. Ujian udah didepan mata titah!”
“Ahhhhhhhhhh.... IYA AKU TAHU! Ujian emang udah didepan mata! Aku Cuma penasaran sama lomba-lomba nulis yang belom bisa aku taklukan! Ngerti!”
“Baik Titah, sekarang coba kamu pejamkan matamu. Lihat lebih dalam soal-soal ujian yang bakal keluar tuh kayak gimana”
“Gak bisa! Boro-boro ngebayangin soal.. mikirin ujian aja enggak! Fiiiuuhhhh...”
“Kenapa Titah? Kenapa kayak gini?”
“Gak tau! Gak ngerti ahhh!!!”
“Hmmmm... bagaimana lagi caraku untuk membujukmu agar lepas dari keyboard laptop dan mengalihkan matamu kesebuah buku pelajaran?”
“Carilah cara! Aku yakin, kamu tidak bisa merayuku untuk belajar! Aku sudah kecanduan ngetik cerita didepan laptop sambil Online seharian!”
“Ambil bindermu! CEPAT!!! Lihat impian-impian mu untuk nilai-nilai semester kali ini! CEPAT !!!”
“Iya sebentar! Tidak, tidak ada apa-apa... yang ada hanya impianku semester lalu. Untuk semester ini, aku belum menulis apa-apa.”
“Kenapa belum? Terlalu sibuk? Segera genggam pulpenmu, tulis impianmu!”
“Sekarang??”
“Iya sekarang! Tunggu apalagi?! Ingin menunggu sampai esok hari tiba?”
“Ahhh.... aku malas menulisnya! Sudahlah, aku benar-benar tidak peduli dengan UAS nanti.”
“Iftitah, perlukah aku menyebut nama lengkapmu? Aku akan bantu engkau menulis impianmu. Tulis saja apa yang kamu inginkan. Percayalah, satu per satu list-list tentang harapanmu itu akan terconteng sempurna.”
“Sederhana saja. Aku ingin IP ku naik disemester ini menjadi 3.9! lalu, aku ingin mengajukan beasiswa berprestasi yang diberikan oleh kampus. Dan satu lagi, aku ingin semua naskah-naskahku diterima oleh Publishing House. Sederhana bukan?”
“Ya... sederhana sekali. Tapi ingat, semua yang engkau inginkan hanya berada ditangan Nya, ditangan Sang Pemilik!”
“Iya aku tahu! Aku tahu itu!”
“Lalu, apa yang sudah kamu lakukan untuk mewujudkan hal itu? Terutama untuk menaikkan IP mu?”
“Belum ada! Ya rasanya belum ada!”
“Berjanjilah padaku iftitah nurul jannah, aku adalah dirimu, sukmamu yang bersemayam dalam ragamu. Berjanjilah jika esok engkau akan mulai belajar dan off dari segala bentuk ketikan-ketikan konyol di depan laptop mu! Kau harus segera membuka lembaran pembelajaran yang baru! Bukan itu saja, tegakkan kembali Sholat Tahajjud mu. Siapkan dirimu segera untuk menaklukkan puluhan soal!”
“Baik! Terimakasih wahai sukmaku yang bersemayam dalam ragaku. Terimakasih telah mengingatkanku. Doakan agar Alloh berkenan mengabulkan segala impianku di binder yang kutulis tadi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar